Wednesday, February 15, 2012

Menelisik Rusuh Cikeusik

Republika, 19 Feb 2011

Andreas Unggah Video Demi HAM
Rosyid Nurul Hakim, Yasmlna Hasnl

Dua orang jemaat Ahmadiyah tergeletak di tanah dekat pagar bambu sebuah halaman rumah. Massa ramai mengelilingi tubuh yang sedang meregang nyawa itu. Adegan penganiyaan pun terekam dalam video berdurasi empat menit 14 detik tersebut.

Ya, itulah adegan akhir dari video insiden Cikeusik, Pandeglang, Banten, yang melibatkan warga dengan jemaat Ah-madiyah seperti terlihat dalam tampilan di situs Youtube. Dalam keterangan video itu tertulis sebuah nama yang untuk kali pertama mengunggahnya Andreas Harsono. Video yang diunggah sehari setelah insiden terjadi, Ahad (6/2) lalu, itu serta-merta membuat khalayak tersentak. Semua seperti bersuara tak bisa menerima tindak kekerasan di luar batas kemanusiaan yang di-lakukan terhadap kedua korban. Opini pun terga-lang bahwa lagi-lagi jemaat Ahmadiyah menjadi korban dari tindakan anarkistis kelompok masyarakat tertentu.

Tentu menarik untuk diketahui, bagaimana ceritanya video itu bisa sampai ke tangan Andreas? Dan mengapa pegiat Human Rights Watch (HRW) ini memilih video yang berisikan materi kekerasan itu untuk diperlihatkan kepada publik? Andreas mengaku diminta oleh pihak Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) untuk menyebarluaskan video tersebut. Awalnya, dia diberi tahu oleh seorang teman yang mengikuti rapat JAI di Jalan Balikpapan Jakarta seusai rusuh Cikeusik, sekitar tengah malam Ahad itu bahwa ada video yang mengabadikan peristiwa tersebut.

Menurut pria yang juga berprofesi sebagai jurnalis ini, dia bisa mendapatkan informasi penting mengenai Ahmadiyah karena kerap menulis tentang kelompok yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad tersebut. Khususnya, setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa terhadap Ahmadiyah pada 2005. "Saya tidak tahu bagaimana keputusannya, mereka (Ahmadiyah) mengontak saya, minta bertemu," ujar Andreas kepada Republika.

Ahmadiyah memberikan sebanyak 28 file video Ci-keusik dengan total durasi sekitar 30 menit. Sebelum ditayangkan, salah seorang pendiri Yayasan Pantau ini, memeriksanya secara saksama dan memverifikasinya terlebih dahulu apakah benar terjadi pembunuhan di Cikeusik, ada tiga orang yang meninggal, dan apakah polisi ada di lokasi kejadian. "Saya tanya siapa yang ambil gambar, kok bisa (seorang dari massa penyerang) menghormat ke pengambil gambar, dia belajar ke mana bisa bagus sekali gambarnya. Kok Ahmadiyah bisa siap dengan video itu," tutur Andreas.

Dari situ, Andreas lantas memutuskan untuk meng-unggah lima file yang salah satunya video berdurasi empat menit 14 detik tersebut. File video yang sudah diedit ini memperlihatkan gambar awal kedatangan massayang dipimpin oleh beberapa pria berbadan tegap mengenakan jaket hitam dan pita berwarna biru yang dipasang di dada atau lengan. Setelah itu, terlihatlah adegan bentrokan antara massa dan jemaat Ahmadiyah, perusakan rumah Suparman -tokoh Ahmadiyah Cikeusikpembakaran mobil yang diparkir di halaman rumah, hingga penganiayaan terhadap dua anggota Ahmadiyah yang sudah terkapar, di bagian akhir rekaman. "Senin (7/2) malam saya upload, tapi tidak selesai Senin itu karena lama sekali. Saya baru bisa istirahat Selasa (8/2)," ungkap Andreas.

Namun, Tim Pengacara Muslim (TPM) Mahendradatta merasa ada tendensi tertentu setelah melihat rekaman kejadian Cikeusik yang diunggah Andreas. "Ada motif propaganda," tudingnya. Pasalnya, video itu hanya menampilkan gambar dari sudut pandang massa yang menyerang atau warga.

Mahendradatta mempertanyakan mengapa video itu tidak memperlihatkan sudutpandang jemaat Ahmadiyah yang berada di rumah Suparman. Seperti, saat amir atau ketua perjalanan rombongan jemaat Ahmadiyah dari Jakarta, Deden Sudjana, memukul kali pertama warga yang datang ke rumah Suparman. "Seharusnya kalau mau upload, upload semua," kritik Mahendradatta.

Belakangan, potongan-potongan rekaman insiden Cikeusik bermunculan juga di Youtube. Salah satunya file yang mengungkap adanya pertemuan antara Kanit Intel Polsek Cikeusik Aiptu Hasan dan jemaat Ahmadiyah yang dipimpin Deden di rumah Suparman sesaat sebelum terjadi bentrokan.

File-file ini diunggah oleh banyak nama dan bukan lagi oleh Andreas. Mahendradatta menilai, video yang ditampilkan secara tak utuh oleh Andreas merupakan cara untuk mencari simpati bagi Ahmadiyah. Bahkan dia menduga, video yang diunggah itu merupakan pesan yang dikirim ke satu kekuatan tertentu di luar negeri.

Cara-cara ini, dipandang Mahendradatta, juga merupakan bagian dari proyek Ahmadiyah.untuk bisa tetap eksis. Proyek itu sudah men-jadi komitmen antara Ahmadiyah dan orang-orang dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan para aktivis hak asasi manusia. "Jadi, kalau tentang Andreas Harsono, kita tidak terkejut karena dia bagian dari proyek eksistensi Ahmadiyah," katanya seraya menambahkan bahwa jika ingin melakukan pembelaan maka tidak perlu dengan cara-cara yang berbau politis dan propaganda.

Andreas jelas membantah tudingan telah dengan sengaja menyebarkan propaganda mendukung Ahmadiyah. Anggota konsorsium internasional untuk jurnalis investigatif ini menyatakan, Ahmadiyah memilih HRW karena sudah saling mengenal dan semata demi HAM. Dia menegaskan, tak ada motif lain di balik penyebaran video tersebut. "Supaya orang tahu bahwa level kekerasan pada Ahmadiyah ini sudah tinggi," ujarnya. Apalagi sejak 2002 hingga kini, Andreas menyebutkan, para pelaku kekerasan terhadap JAI tak ada, seorang pun yang dijatuhi hukuman setimpal. "Banyak yang ditangkap dan diperiksa, tapi tidak ada satu pun yang dihukum," katanya.

Rekan sesama jurnalis, Dandy Dwi Laksono mengatakan, motivasi Andreas mengunggah video bernuansa kekerasan itu memang dengan alasan HAM. Selain Ahmadiyah, Andreas juga pernah mengungkap kasus kekerasan di Timor-Timur, konflik Ambon, Papua, dan Aceh. "Motivasinya hanya advokasi," tegas Dandy. Oleh karena itu, Dandy menganggap pula motif di balik pengunggahan video Cikeusik itu hanya merupakan bagian dari tugas Andreas sebagai aktivis hak asasi manusia.

ed budi raharjo

No comments:

Post a Comment