Reporter: Islahudin
Selama ini Ahmadiyah dianggap aliran
sesat karena tidak mengakui Nabi Muhammad dan mengingkari Alquran.
Sebagai gambaran buat pembaca seperti apa kegiatan jamaah Ahmadiyah
selama Ramadan, Islahuddin dari merdeka.com selama seharian pada Senin lalu berkumpul dengan komunitas Ahmadiyah di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Berikut laporannya.
Senin pagi lalu, suasana di masjid tiga lantai itu tampak sepi. Pintu pagar dari teralis setinggi 1,5 meter terbuka lebar. Di samping pintu ada papan nama masjid terpasang manghadap timur. Ukurannya sekitar 1,3 x 1 meter bertulisan kalimat syahadat dalam huruf Arab. Di bawahnya tertera nama dan alamat lokasi masjid dengan huruf latin.
Meski tidak terlihat kegiatan dari luar, sekitar sepuluh sepeda motor terparkir di halaman. Salah satunya RX King berwarna coklat bertulisan POLISI di badan motor. Itulah suasana Masjid Al-Hidayah milik komunitas Ahmadiyah di Jalan Ciputat Raya, Gang Sekolah nomor 18 RT 1/RW 1, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Di pojok pelataran, terdapat meja dan kursi untuk polisi jaga. Dari undakan masjid muncul seorang polisi berpakaian bebas menemui merdeka.com. Ia mengaku bernama Widi, anggota Kepolisian Sektor Kebayoran Lama Selatan. Dia mengatakan sudah setahun lebih masjid itu dijaga. “Polisi tidak ingin kecolongan lagi atas penyerangan masjid Ahmadiyah,” katanya.
Widi menjelaskan saban hari ada empat polisi bergiliran jaga, dua orang kebagian siang dan sisanya malam. Pagi itu, dia menunggu rekannya akan menggantikan tugasnya. Sambil menanti, ia menghidupkan motor dinasnya untuk memanaskan mesin.
Dedi rekan jaga Widi mengaku tidak tahu sampai kapan penjagaan berlangsung. "Mungkin hingga tahun depan," ujar Dedi ikut nimbrung selepas bangun tidur.
Selang setengah jam, datang Firdaus Mubarik, 28 tahun, pengurus masjid bidang hubungan masyarakat. Dia mengaku rumahnya tidak jauh dari masjid. Firdaus menjelaskan sejak penyerangan jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandegelang, Banten, Jawa Barat pada 6 Februari 2011, polisi siaga 24 jam di masjid. “Banyak yang bilang Ahmadiyah hebat bisa membayar polisi menjaga masjid berbulan-bulan,” kata Firdaus.
Firdaus mengungkapkan biasanya masjid ramai saat akhir pekan. Remaja Ahmadiyah dari Kebayoran Lama berkumpul meski hanya untuk obrolan singkat atau berolah raga bersama, misalnya main futsal di Blok M.
Berbeda dengan Muhammadiyah yang mempunyai hitungan sendiri, jamaah Ahmadiyah selalu mengikuti keputusan pemerintah soal awal Ramadan. Kebijakan ini berlaku bagi cabang Ahmadiyah di seantero Indonesia. “Pusat Ahmadiyah di London, Inggris, juga memerintahkan mengikuti pemerintah lokasi keberadaan masing-masing,” ujar Firdaus.
Ritual puasa orang Ahmadiyah tidak berbeda dengan penganut mazhab Sunni, yakni menahan makan, minum, dan hal-hal dianggap membatalkan. Salat tarawih pun juga sama, delapan rakaat ditambah tiga rakaat witir. Sebab itu, Firdaus menolak tuduhan Ahmadiyah dianggap menyimpang dari Islam. Dia menegaskan isu itu untuk memecah belah Islam.
Surat Keputusan Bersama (SKB) menteri agama, menteri dalam negeri, dan jaksa agung pada 9 Juni 2008 memerintah Jamaah Ahmadiyah Indonesia menghentikan penyebaran penafsiran dan kegiatan dianggap menyimpang dari pokok-pokok ajaran Islam. Pelanggar SKB ini diancam hukuman penjara paling lama lima tahun.
Karena dianggap sesat, jamaah Ahmadiyah di sejumlah daerah, seperti Parung (Bogor), Cikeusik, dan Lombok (Nusa Tenggara Barat) menjadi korban penganiyaan, perusakan dan pembakaran harta benda, serta bahkan pembunuhan.
Sekitar pukul 12 lebih, suara azan zuhur berkumandang dari dalam masjid. Lafaznya sama seperti azan di masjid-masjid kaum Sunni di pelbagai belahan dunia.
[fas]Senin pagi lalu, suasana di masjid tiga lantai itu tampak sepi. Pintu pagar dari teralis setinggi 1,5 meter terbuka lebar. Di samping pintu ada papan nama masjid terpasang manghadap timur. Ukurannya sekitar 1,3 x 1 meter bertulisan kalimat syahadat dalam huruf Arab. Di bawahnya tertera nama dan alamat lokasi masjid dengan huruf latin.
Meski tidak terlihat kegiatan dari luar, sekitar sepuluh sepeda motor terparkir di halaman. Salah satunya RX King berwarna coklat bertulisan POLISI di badan motor. Itulah suasana Masjid Al-Hidayah milik komunitas Ahmadiyah di Jalan Ciputat Raya, Gang Sekolah nomor 18 RT 1/RW 1, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Di pojok pelataran, terdapat meja dan kursi untuk polisi jaga. Dari undakan masjid muncul seorang polisi berpakaian bebas menemui merdeka.com. Ia mengaku bernama Widi, anggota Kepolisian Sektor Kebayoran Lama Selatan. Dia mengatakan sudah setahun lebih masjid itu dijaga. “Polisi tidak ingin kecolongan lagi atas penyerangan masjid Ahmadiyah,” katanya.
Widi menjelaskan saban hari ada empat polisi bergiliran jaga, dua orang kebagian siang dan sisanya malam. Pagi itu, dia menunggu rekannya akan menggantikan tugasnya. Sambil menanti, ia menghidupkan motor dinasnya untuk memanaskan mesin.
Dedi rekan jaga Widi mengaku tidak tahu sampai kapan penjagaan berlangsung. "Mungkin hingga tahun depan," ujar Dedi ikut nimbrung selepas bangun tidur.
Selang setengah jam, datang Firdaus Mubarik, 28 tahun, pengurus masjid bidang hubungan masyarakat. Dia mengaku rumahnya tidak jauh dari masjid. Firdaus menjelaskan sejak penyerangan jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandegelang, Banten, Jawa Barat pada 6 Februari 2011, polisi siaga 24 jam di masjid. “Banyak yang bilang Ahmadiyah hebat bisa membayar polisi menjaga masjid berbulan-bulan,” kata Firdaus.
Firdaus mengungkapkan biasanya masjid ramai saat akhir pekan. Remaja Ahmadiyah dari Kebayoran Lama berkumpul meski hanya untuk obrolan singkat atau berolah raga bersama, misalnya main futsal di Blok M.
Berbeda dengan Muhammadiyah yang mempunyai hitungan sendiri, jamaah Ahmadiyah selalu mengikuti keputusan pemerintah soal awal Ramadan. Kebijakan ini berlaku bagi cabang Ahmadiyah di seantero Indonesia. “Pusat Ahmadiyah di London, Inggris, juga memerintahkan mengikuti pemerintah lokasi keberadaan masing-masing,” ujar Firdaus.
Ritual puasa orang Ahmadiyah tidak berbeda dengan penganut mazhab Sunni, yakni menahan makan, minum, dan hal-hal dianggap membatalkan. Salat tarawih pun juga sama, delapan rakaat ditambah tiga rakaat witir. Sebab itu, Firdaus menolak tuduhan Ahmadiyah dianggap menyimpang dari Islam. Dia menegaskan isu itu untuk memecah belah Islam.
Surat Keputusan Bersama (SKB) menteri agama, menteri dalam negeri, dan jaksa agung pada 9 Juni 2008 memerintah Jamaah Ahmadiyah Indonesia menghentikan penyebaran penafsiran dan kegiatan dianggap menyimpang dari pokok-pokok ajaran Islam. Pelanggar SKB ini diancam hukuman penjara paling lama lima tahun.
Karena dianggap sesat, jamaah Ahmadiyah di sejumlah daerah, seperti Parung (Bogor), Cikeusik, dan Lombok (Nusa Tenggara Barat) menjadi korban penganiyaan, perusakan dan pembakaran harta benda, serta bahkan pembunuhan.
Sekitar pukul 12 lebih, suara azan zuhur berkumandang dari dalam masjid. Lafaznya sama seperti azan di masjid-masjid kaum Sunni di pelbagai belahan dunia.
Retrieved from: http://www.merdeka.com/khas/kumandang-azan-zuhur-dari-masjid-ahmadiyah-berpuasa-bareng-ahmadiyah-1.html
No comments:
Post a Comment