Wednesday, August 24, 2011

Mubarik Ahmad & Mln. Mahmud Ahmad Cheema: Tentang Kemiskinan

“…mau kaya apa mau miskin?”
mubarik.wordpress.com, Thursday, October 26, 2006 · 11:00 pm

“Mubarik…mau kaya apa mau miskin?”, itulah pertanyaan yang diajukan oleh orang yang sangat saya hormati di Indonesia ini, Mln.H.Mahmud Ahmad Cheema, sembilan belas tahun yang lalu tepatnya hari Jumat tanggal 27 Februari 1987 sekitar pk.22.00 dirumah Ketua Cabang Tangerang, Rujito Hadi (alm).

Hari itu kebetulan Cabang Tangerang mendapatkan karunia dikunjungi oleh Amir/RaisutTabligh Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Mln.H.Mahmud Ahmad Cheema yang didampingi oleh Mln.Zafrullah Nasir Ahmad dan Mln.Basyiruddin Ahmad (alm), saat itu saya berusia 24 tahun dan menjabat Sekretaris Khas Cabang Tangerang.

Kunjungan tersebut adalah kunjungan kerja resmi Amir/RaisutTabligh ke Cabang Tangerang, diawali dengan shalat Jumat, kemudian makan siang bersama di Masjid An Nur, Babakan Tangerang dan dilanjutkan dengan rapat pengurus, boleh dibilang cukup lengkap hadir hampir semua pengurus, acara diakhiri dengan shalat Maghrib dijama Isya dan ditutup dengan makan malam bersama.

Saya tidak akan menceritakan jalannya rapat itu, tetapi ada sesuatu kejadian menarik yang akan saya ceritakan yang terjadi saat rombongan akan bermalam menginap dirumah Ketua Cabang Jl.Nyi Mas Melati No,2B. Kami tiba dirumah Ketua Cabang sekitar pk.19.00, kami hanya ngobrol2 ringan sambil minum teh susu panas yang disediakan tuan rumah, karena waktu sudah cukup malam yakni sekitar pk.22.00 maka tuan rumah mempersilahkan rombongan untuk beristirahat…nah disaat seperti itulah entah kenapa tiba-tiba Amir/RaisutTabligh, Mln.H.Mahmud Ahmad Cheema mengajukan pertanyaan khusus tersebut langsung kepada saya, “Mubarik…mau kaya apa mau miskin?”.

Terus terang pertanyaan itu telah saya pendam selama 6 tahun. Pertanyaan ini muncul dibenak saya sejak saya gagal masuk AKABRI pada tahun 1981 setelah diuji selama satu bulan penuh di Magelang, padahal dulu tuh PD banget rasanya bakalan keterima hehehe. Kenapa saya ingin menjadi ABRI, jawabnya simpel aja, saya tuh gak mau pusing2 cari duit…usaha ini usaha itu…rasanya cukuplah hidup mengandalkan gaji perwira ABRI saja. Nah setelah gagal itulah baru kepikiran, mau jadi apa…..

Atas pertanyaan pak Cheema, ini panggilan saya kepada beliau sedangkan orang lain biasa dengan sebutan tuan, yang diajukan malam itu, segera saja saya menjawabnya dengan tegas, “Saya mau jadi orang kaya pak”.
Mendengar ini kontan beliau tertawa terkekeh disusul oleh derai tawa pak Zafrullah Nasir dan pak Basyiruddin. Belum selelsai mereka dengan tawanya, saya susul dengan penjelasan, “Saya gak mau miskin, karena miskin itu dekat dengan kekufuran, kata suatu riwayat, gak kebayang kan udah miskin didunia…eh nanti diakherat kelak masuk neraka lagi…kapan enaknya kalau gitu…lagipula kalau orang miskin bikin dosa itu kebanyakan karena kepepet, nekat dan sadar…daripada gak makan, katanya, kalau orang kaya mah bikin dosa biasanya karena lupa diri, terlena dan lengah atau kena bujuk rayu…jadi rada mendinganlah gitu…hehe”, eh…tawa beliau-beliau ini makin menjadi.

Saya lanjut dengan alasan kedua, “Ada riwayat lain, suatu ketika datang serombongan orang miskin kehadapan Rasulullah saw, mereka berkata, ya Rasulullah kami ini iri dengan orang2 kaya, kenapa, tanya Rasulullah saw, orang2 kaya itu selain shalat juga bersedekah, sedangkan kami adalah yang menerima sedekahnya, jadi maunya apa, tanya Rasulullah saw, ajarilah kami suatu amalan yang nilainya sama dengan sedekahnya orang kaya itu…maka Rasulullah saw mengajari mereka, setelah selesai shalat, bacalah subahanallah sebanyak 33 kali, alhamdulillah 33 kali dan Allahu akbar 34 kali, niscaya amalan engkau ini sama dengan sedekahnya orang kaya itu…..beberapa hari kemudian datang kembali orang2 mskin tersebut, ya Rasulullah ternyata kini mereka tahu amalan tersebut dan mereka juga mengamalkannya seperti kami, begitu adu mereka, Rasulullah saw menjawab, orang kaya yang seperti inilah yang disukai Allah…nah pak Cheema, saya ingin menjadi orang kaya yang seperti itu”,….

Sebetulnya pertanyaan dan jawaban ini dulu tahun 1981 sudah sering saya diskusikan kepada beberapa mubaligh, tetapi saya tetap merasa kurang puas, daripada capek mikirin ya sudah saya pendam dan diamkan saja selama ini, saya yakin suatu saat nanti Dia akan memberi jawabnya.

Mendengar penjelasan saya yang kedua ini, pak Cheema berkata, “Tuan Basyiruddin, kasih nasehat Mubarik”. Kemudian Mln.Basyiruddin mengucapkan, “Allahumma ahyiini miskiina wa amni miskiina wahsirni fi zumrotil masakiini yaumal qiyamah, ketahuilah Rasulullah saw senantiasa membaca doa ini”, saya cepat merespon, “Artinya?”. “Ya Allah berilah hamba hidup dalam kemiskinan, wafatkan dalam keadaan miskin dan bangkitkan nanti dihari kenudian dari antara orang2 miskin”. demikian Mln.Basyiruddin menjelaskan.
Mendengar ini saya ‘penasaran’ sekali, permohonan saya selanjutnya untuk ‘menggali’ lebih dalam nasehat ini tidak dikabulkan karena memang hari sudah larut malam.

(bersambung)

“…mau kaya apa mau miskin?” part 2

mubarik.wordpress.com, Sunday, March 2, 2008 · 3:39 pm

Besok paginya sehabis shalat Subuh, saya segera membaca Al Quran berserta terjamah dan tafsir singkat, setelah itu dengan masih rasa penasaran saya lanjutkan pertanyaan malam tadi.

“Pak Cheema sebagaimana biasa selesai shalat Subuh ada Daras, dalam kesempatan Daras dipagi ini saya kembali memohon agar dijelaskan kenapa Muhammad Rasululllah SAW senantiasa memanjatkan do’a seperti itu?”.

“Kan tadi Mubarik sudah membaca Quran, itu sudah cukup”, kata beliau.

“… tapi pak, saya ingin sekali mendengar penjelasan bapak mengenai do’a Rasulullah SAW ini”, desak saya.

Akhirnya beliau berkenan memberikan penjelasan.

Diakhirat nanti semua orang akan dihisab, orang-orang miskin yang mutaqqi akan melewati proses hisab ini dengan mudah dan cepat karena mereka selama hidup didunia dalam keadaan miskin, boleh dibilang tidak ada yang dihisab dan segera masuk kedalam Jannah. Sedangkan orang-orang kaya dihisab begitu rupa laksana memasukkan seekor Unta yang gemuk kedalam sebuah lobang jarum.

Kemudian beliau juga menjelaskan hal-hal lainnya berkenaan dengan keutamaan hidup dalam keadaan miskin ini.

Miskin disini bukanlah seperti yang difahami kebanyakan orang disini, miskin tidak sama dengan fakir. Miskin lebih kepada hidup dalam keadaan sederhana, tidak kurang dan juga tidak berkelimpahan. Orang-orang miskin adalah orang-orang mustahaq dalam pandangan Islam.

Sejak itu saya banyak mempelajari kemiskinan/kesederhanaan hidup Muhammad Rasulullah SAW dan para sahabatnya, Bagaimana Hadhrat Aisyah ra. tersedak dan bercucuran air mata karena sewaktu menikmati roti yang enak itu beliau teringat suaminya yang seumur hidupnya tidak pernah merasakan roti selezat seperti yang beliau sedang makan. Suatu pagi Rasulullah SAW bangun dari tidurnya dan beliau memeriksa bekal untuk hari itu, ternyata cukup, beliau merasa mendapat emas segunung.

Sering dipagi hari beliau tidak mendapatkan sarapan pagi yang terhidang, beliau berucap, hari ini saya niatkan untuk berpuasa.

Pernah beliau kedatangan tamu, beliau bertanya kepada isteri beliau apakah ada yang dapat dihidangkan untuk tamu itu? Hz. Aisyah menjawab, “Tidak ada ya Rasulullah”. Kemudian beliau menawarkan kepada para sahabat yang hadir siapakah yang dapat menjamu tamu ini. Seorang sahabat tampil seraya berkata, “YaRasulullah SAW dirumahku ada beberapa butir kurma”.

Hadhrat Sayidina Ali ra. disuatu pagi tidak mendapatkan apa-apa dimeja makan beliau, kemudian keluar rumah berjalan dan mendapati seorang Yahudi sedang menimba air, beliau ra. menawarkan untuk membantu yahdui tersebut. Akhirnya beliau diberikan beberapa butir Kurma sebagai upah. Dengan segera beliau bergegas pulanng kerumah untuk berbagi dengan isterinya Fatimah ra, ditengah jalan beliau teringat mertuanya dan mapir seraya mebagi dua bahagian kurma tersebut, setengah untu mertua beliau.

Hz. Abu Hurairah sering menahan rasa lapar, suatu ketika ada seorang yang berbaik hati mengantarkan segelas susu, dengan segera beliau sampaikan kepada Easulullah saw, susu yang cuma segelas itu diminta oleh Rasulullah SAW unuk dibagikan kepada seluruh ahabat yang sedang berada dimasjid. Kemudian Abu Hurairah membagikan susu tersebut, karena cukup banyak sahabat yang hadir pada saat itu, beliau ra. merasa khawatir takut tidak kebagian, akhirnya tibalah giliran beliau ra. yag dengan segera meminumnya, cuma sedikit karena khawatirRasulullah SAW akan kehabisan. Dengan bijaksana Rasulullah SAW mengatakan minumlah lagi. Terakhir barulah Rasulullah SAW meminumnya.

Kisah-kisah tersebut dan banyak lagi kisah-kisah lainnya sungguh membuat saya sangat terharu dan semakin kuat ingin mempraktekkannya dalam keseharian saya. Sampai kini do’a tersebut senantiasa saya baca dengan khusu’.

Do’a ini sebenarnya selalu saya padu dengan do’a nabi Isa ra. dalam surah Al Maidah yang saya baca terlebih dahulu, “Allahumma rabbana anzil alaina maa idatam minas samaai takuunu lanaa iidal li awwaliina wa akhirinna wa ayatam minka warzukna wa anta khoirur roziqiin”.

Do’a yang kedua ini saya dapatkan dari ibu Daniel, beliau bercerita pada tahun itu juga, tahun 1987 di Parung. Dulu beliau ingin sekali memiliki rumah sendiri bukan lagi rumah dinas, ada satu buah rumah yang pernah beliau lihat dan sangat ingin memiliki yang mirip seperti itu. Beliau banyak-banyak membaca do’a nabi Isa as. ini, alhamdulillah akhirnya beliau kesampaian memiliki rumah bahkan lebih bagus dari yang diinginkan.

Kedua do’a dari orang suci yang disayang Allah swt ini mewarnai seluruh kehidupan saya sejak itu, membuat saya berani mengarungi kehidupan dunia ini. Berani melamar dan kemudian menikah walau belum ada pekerjaan atau penghasilan tetap. Berani bergaul dengan banyak orang dari berbagai macam lapisan dan tingkatan.

Apapun yang saya peroleh didunia ini, saya selalu ingat untuk hidup dalam keadaan miskin.

Pada sekitar pertengahan tahun 90, pernah saya mendapatkan rezki tetap yang setiap bulannya pada saat itu sangat besar bagi ukuran saya, betapa susahnya saya ‘membelanjakan’ rezki tersebut.

Teringat terus bagaimana takutnya Hz. Umar ra., begitu besar rezki dan kelimpahan yang Allah berikan kepada beliau saat beliau menjadi Khalifah. Beliau takut jangan-jangan nanti habis sudah bekal beliau untuk diakhirat, habis dibagi didunia ini juga. Suatu hari disaat matahai menyenngat dengan panasnya, beliau sedang berjalan-jalan dan menjumpai seorang perempuan tua miskin yang sedang memotong daging bangkai seekor keledai, “Hai perempuan tua apakah engkau tidak tahu bahwa memakan bangkai itu haram hukumnya?”, hardik beliau. “Yang mulia, bagi engkau haram hukumnya memakan daging ini tetapi bagi halal”, jawab siperempuan tua. Beliau tersadar dan segera memerintahkan orang untuk segera mengambil daging segar dan memberikannya pada perempuan tua miskin itu. sejak itu beliau rajin berkeliling setiap malam dari satu rumah kerumah lainnya. Pernah suatu malam beiau menjumpai keluarga miskin yang anak-anaknya sedang menangis hingga terdengar sampai keluar rumah, beliau segara mendatangi dan mengintip dari celah dinding. Terlihatlah seorang janda tua yang sedang menjerang air diatas perapian, didalam panci itu beliau melihat hanya barisi batu, rupanya ibu anak-anak tersebut sedang membujuk anak-anaknya dengan pura-pura memasak sesuatu dan berharap anak-anak itu tertidur kelelahan menunggu makanan yang sedang direbus matang. Melihat ini dengan segera beliau kembali keistana, dengan siap dipanggulnya sendiri sekarung gandum yang kemdian diletakkan didepan pintu rumah mereka, diketuknya pintu tersebut searay cepat2 bersembunyi.

Ada banyak kisah-kisah yang seperti itu yang bertebaran dalam Hadits dan buku-buku lainnya.

Dulu saya harus pontang-panting mencari orang-orang mustahaq atas rezki saya tersebut, pernah saya mendatangi sekolah dari anak salah seorang sahabat untuk membayarkan SPP selama setahun penuh, mumpung ada duit pikir saya waktu itu. Pernah suatu ketika, seperti ada yang menggerakkan saya, segera saya siapkan uang dalam amplop dengan nilai yang cukup besar rasanya pada waktu itu. Bergegas saya ambil sepeda selesai shalat Subuh menuju masjid di Jl. Balikpapan. Benar saja. tanpa ada perjanjian sebelumnya, salah seorang sahabat sudah menunggu. Dia bersama keluarga sudah hampir seminggu tinggal di masjid tanpa saya ketahu. dengan segera saya raih tangannya dan amplop tersebut berpindah tangan. Saya tidak sanggup untuk berkata banyak, segera saya tinggal sahabat saya tersebut yang masih terbengong didepan pintu masjid.

Berkat dari do’a-do’a tersebut banyak sudah pengalaman hidup yang saya alami. Boleh dibilang, karena do’a nabi Isa lah saya dapat berkeliling dunia, lebih dari 7 kali ikut Jalsa di London. Tetapi sayang memang, pengabulan do’a ini hanya berupa Maidah atau Hidangan yang tidak mungkin untuk saya ‘bungkus’ dibawa pulang dan dibagi dengan yag lainnya. Sering dalam tahajud sewaktu Jalsa di London saya menangis karena merasa ada banyak sahabat yang rasanya lebih berhak mencicipi kelezatan hidangan ini. Boleh dikata seluruh impian saya bahkan lebih telah terpenuhi. Dulu sewaktu kecil saya membaca koran Berita Buana yang ada artikel kecil dipojok bawah berjudul Believe it or not, menyajikan keajaiban langka, orang tidak akan tenggelam jika berenang dilaut mati, akhirnya saya bisa merasakan berenang dilaut mati Jordania sepuasnya. Merasakan sendiri kedahsyatan Air Terjun Niagara, masuk kedalam Pyramide dan mengagumi Sphink di Mesir, Menikmati Paris dari ketinggan menara Eifel dlsbnya.

Dulu betapa susahnya meminjam mobil Jeep untuk bertabligh ke Banten, mobil L300 kesayangan PB yang kami pinjam sampai lebih dari sepuluh kali gagal melewati tanjakan tinggi berbatu yang licin karena tersiram hujan. Beberapa tahun setelah itu kami memiliki Land Rover Serie III Long Chasis kemudian Toyota Hardtop yang putih dan Silver, Nissan Patrol buatan tahun 1984 sampai yang tercanggih saat itu Jeep Cherokee brand new Tuhan sediakan untuk kemudahan kami bertabligh dan bersilaturahmi di Banten. Kemudian impian memiliki Land Rover Defender terpenuhi. Seluruh kendaraan itu hanyalah sekedar kendaraan yang mengantar kita pergi kemana-mana. Mln. Ghulam Wahyudin sewaktu mendengar saya akan menjual Jep Cherokee itu dan menggantinya dengan Land Rover Defender pernah berujar, “..kalau saja mobil ini bisa ngomong, dia akan protes karena dijual oleh pak Mubarik”. “Loh…emangnya kenapa?”, tanya saya. “Ya iyalah dia akan protes karena biasanya dipake untuk tabligh nanti oleh pemilik baru dipake ke buat DUGEM hehehe….”, kata beliau terkekeh…..

Itu baru sebagian kecil dari pengabulan do’a rasulllah SAW dan do’a nabi Isa as. Ada banyak lagi pengalaman yang tidak mungkin dishare dan dipaparkan dalam media yang terbatas ini…. (pegel ngetiknya tau hehehe…).

Kini saya hidup dengan penghasilan yang pas-pasan bahkan sering kurang, saya harus tega melihat kesusahan keluarga dan para sahabat saya. Saya teringat almarhum Ir. H. Syarif Ahmad Lubis Msc. yang hanya memanjatkan tangan berdo’a kepada Allah swt jika ada yang datang meminta pertolongan kepada beliau, kini saya mencoba meneladani beliau.

Dulu sewaktu saya hidup berkecukuan, pak Malik Mahbub pernah memarahi saya, “Mubarik jangan bersaing sama Tuhan”. Rupanya beliau mendengar saya tidak mampu menolak memberi selama saya punya. Memang pak Malik Mahbub sudah tidak mau lagi memberi pertolongan kepada sahabat tersebut. Kapok?? Entahlah….

Sering saya sengaja jalan kaki, jika motor Hyosung lagi dipake Nabil. Pernah saya jalan kaki berdua dengan pak JH. lamardy sepulangnya dari kantor LBH Jakarta, beliau berhenti di Bundaran HI lanjut dengan Bus, saya lanjut berjalan kaki sampai kerumah. Selesai menemani Amir meeting dengan bang Buyung di hotel Mahakam, saya jalan kaki kerumah lebih kurang 1 jam 15 menit lamanya, lumayan buat menghilangkan lemak sehabis makan buffet ditraktir pak Kandali disana hehehe…..

Kemarin sempat jalan kaki berdua dengan pak Anwar Said dari masjid Balikpapan, beliau berhenti di perempatan Tanah Abang saya lanjut jalan kaki kerumah dengan sepatu kets dan ransel dipundak….

Slipi, Minggu 2 Maret 2008 15:42

Retrieved from: http://mubarik.wordpress.com/2006/10/26/mau-kaya-apa-mau-miskin/ and http://mubarik.wordpress.com/2008/03/02/mau-kaya-apa-mau-miskin-part-2/

No comments:

Post a Comment