Membicarakan persoalan keagamaan sering terjebak dalam diskusi yang tak berujung pangkal, penyebabnya adalah adanya keinginan pihak-pihak yang terlibat dalam pembicaraan berusaha menguasai, mendominasi bahkan menjatuhkan lawan bicaranya. Upaya memenangkan perdebatan sebenarnya merupakan sebuah kewajaran ketika satu dengan lainnya merasa mempunyai kebenarannya sendiri-sendiri. Sejauh tidak berdampak pada rasa dendam dan perilaku anarkis, perdebatan sengit yang dikelola dengan baik merupakan katup pengaman yang baik dan berlatih menghargai orang lain. Dalam perbincangan satu dengan lainnya saling memberi kesempatan lawan bicaranya untuk menjelaskan argumentasi masing-masing. Sehingga satu dengan lainnya akan memahami alasan dan argumentasi yang melatar-belakangi pendapat mereka. Inilah sebuah deskripsi tentang dialog, didalamnya terdapat proses pembelajaran kedua belah pihak yang memperbincangkan suatu masalah.
Rumusan dialog di atas sulit untuk bisa dilaksanakan pada kelompok manusia yang mempunyai peradaban rendah. Mereka cenderung menggunakan bahasa komunikasi yang paling kuno, yakni melakukan tindakan kekerasan fisik dan jauh dari adu argumentasi pemikiran, apalagi menghargai pendapat orang lain. Situasi menjadi lebih parah ketika aparat pemerintah yang seharusnya menjadi penjaga dan pelindung warga masyarakat terlibat memihak sehingga menimbulkan korban kekerasan fisik diantara mereka. Dan bisa dipastikan kaum minoritas dalam posisi yang lemah menjadi korban persekusi tersebut. Kenyataan semacam ini secara terang benderang dapat disaksikan dalam berbagai media masa yang memberitakan tentang kekerasan berlatar-belakang agama. Dalam berbagai laporan dari para penggiat Hak Azasi Manusia (HAM) menunjukkan adanya kecenderungan yang meningkat dari waktu ke waktu, khususnya persekusi yang menimpa Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di beberapa daerah.
Buku yang ada ditangan pembaca yang budiman, bukanlah buku tentang peristiwa-peristiwa tindak kekerasan terhadap kaum Ahmadiyah, melainkan sebuah buku yang menggambarkan adanya dialog orang-orang awam tentang keyakinan Ahmadiyah. Bertemunya orang awam Muslim dengan orang awam Ahmadi mencoba mendiskusikan tentang keyakinan Ahmadiyah dari sudut pandangnya sendiri-sendiri. Maka buku inipun diberi judul juga dengan cara yang awam yakni DIALOG awam tentang keyakinan AHMADIYAH. Buku ini diharapkan memberi informasi yang faktual tentang keyakinan kaum minoritas Muslim Ahmadiyah, rujukan sumber bacaan juga merupakan literatur asli dari lingkungan Ahmadiyah, bukan dari sumber-sumber yang anti-Ahmadiyah.
Semoga buku ini mencapai tujuan diterbitkannya sepanjang pembaca yang budiman terbuka untuk mengenal perbedaan-perbedaan pendapat, pemahaman, tafsir dan argumentasi mengenai keyakinan Ahmadiyah.
Download the book
Rumusan dialog di atas sulit untuk bisa dilaksanakan pada kelompok manusia yang mempunyai peradaban rendah. Mereka cenderung menggunakan bahasa komunikasi yang paling kuno, yakni melakukan tindakan kekerasan fisik dan jauh dari adu argumentasi pemikiran, apalagi menghargai pendapat orang lain. Situasi menjadi lebih parah ketika aparat pemerintah yang seharusnya menjadi penjaga dan pelindung warga masyarakat terlibat memihak sehingga menimbulkan korban kekerasan fisik diantara mereka. Dan bisa dipastikan kaum minoritas dalam posisi yang lemah menjadi korban persekusi tersebut. Kenyataan semacam ini secara terang benderang dapat disaksikan dalam berbagai media masa yang memberitakan tentang kekerasan berlatar-belakang agama. Dalam berbagai laporan dari para penggiat Hak Azasi Manusia (HAM) menunjukkan adanya kecenderungan yang meningkat dari waktu ke waktu, khususnya persekusi yang menimpa Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di beberapa daerah.
Buku yang ada ditangan pembaca yang budiman, bukanlah buku tentang peristiwa-peristiwa tindak kekerasan terhadap kaum Ahmadiyah, melainkan sebuah buku yang menggambarkan adanya dialog orang-orang awam tentang keyakinan Ahmadiyah. Bertemunya orang awam Muslim dengan orang awam Ahmadi mencoba mendiskusikan tentang keyakinan Ahmadiyah dari sudut pandangnya sendiri-sendiri. Maka buku inipun diberi judul juga dengan cara yang awam yakni DIALOG awam tentang keyakinan AHMADIYAH. Buku ini diharapkan memberi informasi yang faktual tentang keyakinan kaum minoritas Muslim Ahmadiyah, rujukan sumber bacaan juga merupakan literatur asli dari lingkungan Ahmadiyah, bukan dari sumber-sumber yang anti-Ahmadiyah.
Semoga buku ini mencapai tujuan diterbitkannya sepanjang pembaca yang budiman terbuka untuk mengenal perbedaan-perbedaan pendapat, pemahaman, tafsir dan argumentasi mengenai keyakinan Ahmadiyah.
Download the book
No comments:
Post a Comment