Thursday, September 15, 2011

Inilah Sepenggal Kisah WR Soepratman & Ahmadiyah

Oleh: MA Hailuki
Nasional - Kamis, 17 Februari 2011 | 06:03 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) mengklaim pencipta lagu Indonesia Raya, WR Soepratman sebagai pengikut Ahmadiyah.


Amir Nasional Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Abdul Basit menyatakan hal itu secara terang-terangan saat dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi VIII DPR, Rabu (16/2/2011) malam.

Namun sayangnya Abdul Basit tidak menjelaskan secara detail dan memberikan bukti-bukti kuat bahwa WR Soepratman adalah pengikut Ahmadiyah.

Kendati demikian, isu bahwa WR Soepratman adalah pengikut Ahmadiyah telah berhembus sejak lama. Di beberapa blog dan forum diskusi dunia maya telah lama di bahas tentang isu ini.

Isu ini berhembus dari sebuah artikel yang memuat kisah WR Soepratman dengan mengutip buku 'Kenang-Kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun' karya Soejono Tjiptomihardjo. Namun sayangnya tak dijelaskan tahun berapa buku ini terbit dan diterbitkan oleh siapa.

Berikut ini adalah penggalan artikel tersebut, "Tahun 1932, Soepratman mendapat sakit urat sjaraf, disebabkan lelahnja karena bekerdja keras. Setelah beristirahat 2 bulan, di Tjimahi, beliau kembali ke Djakarta untuk mengikuti aliran Achmadijah. Sedjak April beliau bersama kakaknja bertempat tinggal di Surabaja. [Kutipan tulisan Soejono Tjiptomihardjo dalam ‘Buku Kenang-Kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun’ halaman 171 J."

Seperti diberitakan, Amir Nasional Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Abdul Basit mengklaim organisasinya banyak berkontribusi besar dalam proses kemerdekaan Indonesia.

Salah satu bentuk kontribusi yang sangat besar dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah, adalah dalam terciptanya lagi Indonesia Raya, yang diciptakan oleh pengikut Jemaat Ahmadiyah, WR Soepratman.

"Pencipta lagu Indonesia Raya (WR Soepratman) itu seorang Ahmadiyah. Ini bukan main-main. Pelajari sejarah," ungkap Basit. [mah]

Retrieved from: http://nasional.inilah.com/read/detail/1243922/inilah-sepenggal-kisah-wr-soepratman-ahmadiyah

Reference of this claim: Soejono Tjiptomihardjo. "28 Oktober dan arti 'Indonesia Raya' untuk bangsa kita." in Buku kenang-kenangan 10 [i.e. sepuluh] tahun Kabupaten Madiun. 1956. Madiun: Panitya. pp. 168-173.

This book is available at the following five libraries:
Other
reference for this claim: Winarno, Bondan. 2003. Lagu kebangsaan Indonesia Raya. Jakarta: TSA Komunika.

Pencipta Lagu Indonesia Ray
a ternyata pengikut Ahmadiyah
denagis.wordpress.com, 25 October 2008

Tahun 1932, Soepratman mendapat sakit urat sjaraf, disebabkan lelahnja karena bekerdja keras. Setelah beristirahat 2 bulan, di Tjimahi, beliau kembali ke Djakarta untuk mengikuti aliran Achmadijah. Sedjak April beliau bersama kakaknja bertempat tinggal di Surabaja. [Kutipan tulisan Soejono Tjiptomihardjo dalam ‘Buku Kenang-Kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun’ halaman 171 J

Lahirnya ‘Indonesia Raya’
Tanggal 28 Oktober memiliki hubungan yang rapat sekali dengan perasaan dan jiwa serta perjuangan bangsa kita, karena pada hari itulah telah lahir sesuatu, yang kini telah menjadi pusaka bagi bangsa kita, ialah lagu Kebangsaan kita ‘INDONESIA RAYA’. Tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928, dalam Kongres Pemuda Indonesia yang ke-2 di Jakarta, lagu Indonesia Raya diresmikan sebagai lagu Kebangsaan Indonesia.
Bertepatan dengan peresmian Lagu Kebangsaan itu, diucapkan juga dalam Kongres itu sumpah sakti, ialah Sumpah Pemuda yang berbunyi:

“Kita bertanah air satu, ialah Tanah Air Indonesia. Kita berbangsa satu, ialah bangsa Indonesia. Kita berbahasa satu, ialah bahasa Indonesia. “

Sejak detik itu, sumpah itu menjadi sumpah dari bangsa kita seluruhnya. lagu Kebangsaan dan sumpah bangsa yang dilahirkan dalam Kongres Pemuda itu, terbukti telah menjadi ‘anasir’ yang maha penting dan mendasar, di atas mana negara kita sekarang berdiri. Sejak detik itu, lagu Indonesia Raya diakui oleh seluruh bangsa kita sebagai lagu Nasionalnya, dan kini lagu itu telah dikenal serta diakui pula oleh seluruh dunia sebagai lagu Kebangsaan Indonesia.

Dalam masa penjajahan Belanda, lagu Indonesia Raya merupakan pendorong dan pengobar semangat rakyat yang sangat besar artinya bagi perjuangan nasional kita untuk melemparkan (mengusir) penjajahan. Melihat besarnya pengaruh lagu Indonesia Raya atas bangsa kita, Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu menjadi begitu khawatir sehingga Indonesia Raya dijadikan lagu yang terlarang, karena dianggapnya membahayakan. Namun semakin dilarang lagu itu, semakin naiklah harga lagu itu dalam hati rakyat, dan semakin cintalah rakyat kepadanya. Semakin besar kekangan untuk menyanyikan lagu itu, semakin besarlah hasrat rakyat untuk menyanyikannya. Bertambah besarnya pengaruh lagu Indonesia Raya sejalan dengan meningkatnya perjuangan bangsa kita.

Lagu Kebangsaan adalah Suatu Kebanggaan

Bagi mereka yang mengerti arti dari lagu kebangsaan, maka sungguh tinggi nilai lagu kebangsaan itu. Karena itu, memiliki lagu kebangsaan adalah suatu kebanggaan bagi tiap-tiap bangsa. Setiap bangsa yang merdeka dan berdaulat pasti memiliki lagu kebangsaan.

lagu kita, Indonesia Raya, dicipta sewaktu bangsa kita berada dalam alam penjajahan, sewaktu kemerdekaan dirampas dari padanya, sewaktu kita hid up tertindas dan terhina. Karena itu Indonesia Raya menggambarkan kerinduan bangsa kita terhadap kemerdekaan dan kecintaan terhadap tanah air dengan segala isinya. Indonesia Raya menggambarkan juga kebesaran tekad dan ketetapan hati bangsa kita, juga menggambarkan suatu keyakinan yang teguh, bahwa bangsa kita pasti akan merdeka dan negara kita akan menjadi negara yang besar, sekalipun pada masa itu masih dijajah oleh bangsa lain.

Memang, dari isi dan gaya lagu Indonesia Raya, kita dapat mengetahui bagaimana dalamnya si pencipta (W. R. Supratman) menyelami lubuk hati bangsa kita pada masa itu. Dengan tepat si pencipta telah menggambarkan bagaimana isi hati dan keinginan serta cita-cita bangsa kita.

Pencipta Indonesia Raya
Ketika kita membicarakan lagu kebangsaan kita Indonesia Raya, ketika kita mengenang kebesaran arti ‘Indonesia Raya’ bagi bangsa dan negara kita, maka tidak mungkin dapat dipisahkan: kita akan teringat juga kepada penciptanya, yakni almarhum Wage Rudolf Soepratman. Wajiblah kita mengenang jasa beliau di tengah-tengah masyarakat kita yang sedang bergolak ini. Soepratman dilahirkan tanggal9 Maret 1903, pada hari Jum’at Wage di Jatinegara (Jakarta), sebagai putera kelima dari keluarga Sersan Soepardjo.
Nama ‘Rudolf diberikan oleh ayah angkatnya, seorang Sersan Belanda yang bernama Eklich, suami dari kakaknya yang bernama Rakijem. Kakaknya (Rakijem) membawa Soepratman ke Makassar pad a tahun 1914. Di sinilah beliau melanjutkan sekolahnya. Di Makassar sudah mulai tampak kegemarannya dalam bidang karang-mengarang dan jurnalistik.

Soepratman Berdarah Seniman
Nji Rakijem pandai bermain biola dan Soepratman belajar bermain biola dad kakaknya itu. Karena terdorong oleh kemauan keras, dan berkat pembawaan serta latihan-Iatihan yang tak kunjung patah, lama-kelamaan, tampaklah beliau sebagai penyairdan penggubah yang ulung.

Soepratman Pemuda Pejuang
Pada tahun 1924 beliau kembali ke Jawa, mula-mula tinggal di Surabaya, kemudian di Bandung. Di Surabaya kepandaiannya dalam musik menjadi sangat maju, dan di sini beliau mulai menjadi wartawan dan membantu beberapa surat kabar. Di Bandung beliau menjadi wartawan ‘Kaum Muda’. Mulai tampak tajam penanya dengan menggambarkan isi hatinya dalam sebuah buku roman yang diberi judul ‘Gadis Desa’, dan yang diterbitkan dengan uangnya sendiri. Tetapi sayang sekali, Belanda melarang bukunya itu beredar, hingga beliau mendapat kerugian uang yang tidak sedikit jumlahnya. Itu merupakan tekanan lagi bagi jiwa yang ingin berjuang memperbaiki keadaan masyarakat.

Pada tahun 1925 beliau nikah dengan Soedjenah. Hidupnya tidak mementingkan kebendaan dunia, bahkan bertambah pula rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Rasa yang demikian terlukis dalam lagu-Iagu kebangsaan buah ciptaannya, antara lain: Di Timur Matahari, Bendera Kita, dan lagu K.B.!. Tetapi beliau belum puas dengan lagu-Iagu yang telah diciptakan itu. Beliau ingin ada lagu kebangsaan yang lebih tepat dengan jiwa dan perjuangan bangsa Indonesia, menuju Indonesia merdeka. Maka akhirnya selesailah sebuah lagu yang diberi nama ‘Indonesia Raya’.

Lahirnya Indonesia Raya
Dalam Kongres Pemuda Indonesia ke-2 di Jakarta, tanggal 28 Oktober 1928, muncullah seorang pemuda dengan orkesnya ‘Indonesia Merdeka’ dan memperdengarkan sebuah lagu yang baru sekali bagi telinga pergerakan kebangsaan. Isi syair dan lagunya sungguh-sungguh mempengaruhi jiwa semua hadirin dalam kongres itu. Lagu itu ialah lagu Indonesia Raya ciptaan Soepratman, dan diakui sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Lagu Indonesia Raya makin terkenal di dunia, namun sebaliknya penciptanya tidak mendapat perhatian seperti lagunya. Beliau hid up dalam kemelaratan dan kekurangan.

Detik Terakhir
Tahun 1932 Soepratman menderita sakit urat syaraf, disebabkan lelahnya karena bekerja keras. Setelah beristiraha: 2 bulan di Cimahi, beliau kembali ke Jakarta untuk mengikuti aliran Ahmadiyah. Sejak April beliau bersama kakaknya tinggal di Surabaya. Sebelumnya beliau bercerai dengan isterinya, karena kesukaran dalam hidupnya. Beliau menderita keletihan bathin, karena banyak cita-citanya yang belum tercapai. Oalam kesukaran ini beliau masih dapat menciptakan lagu ‘Surya Wirawan’ dan ‘Mars Parindra’. Secara mendadak beliau jatuh sakit dan lalu meninggal dunia pada tanggal 17 Agustus 1938. Sehari sebelum wafatnya beliau berpesan kepada Nji Rakijem agar lagu’ Indonesia Raya diserahkan kepada Badan Kebangsaan untuk disiarkan. W. R. Soepratman telah kembali ke haribaan Tuhan dalam usia yang masih sangat muda (35 tahun). Saat jenazahnya diberangkatkan ke makam, hanya beberapa kawannya yang mengiringi. Beliau tidak begitu diperhatikan oleh masyarakat bangsa kita pada waktu itu. Jenazahnya dimakamkan di Surabaya.

Soepratman, seorang pencita ulung, seorang seniman, dan seorang pejuang, telah meninggalkan kita selamanya. Badan kasarnya telah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi dan tetap berada ditengah-tengah bangsa kita, rela sejiwa dengan bansa Indonesia dan akan tetap bergelora sampai akhir zaman. Marilah setiap saat kita memperinati lagu kebangsaan Indonesia Raya itu, kita berdo’a sekhidmat-khidmatnya untuk arwah W.R. Soepratman, mengenang jasa serta segala pengorbanan yang telah diberikannya untuk kebahagiaan Nusa dan Banga.

Dikutip oleh GEMA dari Buku Kenang-Kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun halaman 168 s/d 171

Retrieved from: http://denagis.wordpress.com/2008/10/25/pencipta-lagu-indonesia-raya-ternyata-pengikut-ahmadiyah/

Pictures are retrieved from: http://islamireligius.blogspot.com/2009/11/pencipta-lagu-indonesia-raya-ternyata.html

2 comments:

  1. WR Soepratman, memang seorang penganut Ahmadiyah.. Siapa yang masih sangsi?? Ayo kita kaji lagi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya masih sangsi. Kapan dan oleh siapa WR. Supratman baia ?

      Delete