“Hai orang-orang yang beriman! Carilah pertolongan Allah dengan kesabaran dan doa, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bersabar. Dan janganlah kamu mengatakan mereka yang terbunuh di jalan Allah mati: Tidak! Karena sebenarnya mereka hidup; hanya kalian tidak merasakannya. Dan Kami akan uji kalian dengan ketakutan, kelaparan dan kehilangan harta benda dan nyawa serta buah-buahan; Tapi berikanlah kabar suka kepada orang-orang yang bersabar saat kemalangan menimpa mereka, berkatalah, “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami akan kembali. Atas mereka inilah keberkatan dan kasih sayang Tuhan mereka dan merekalah yang diberi pentunjuk yang benar.” (2: 154-158)
Beberapa hari lalu tiga ahmadi disyahidkan dengan serangan brutal dan biadab. Hal yang membuat duka bagi setiap ahmadi. Walaupun sebagai jemaat dan individu kita tetap bereaksi atas insiden ini dengan kesabaran dan keteguhan. Kita mengambil sikap ini karena Allah dan kami berkata “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami akan kembali.” Pada saat ini tak ada satupun yang memahami ayat-ayat Quran lebih dari ahmadi. Ahmadi baik yang ada di Indonesia, Pakistan atau Negara-negara lainnya memberikan pengorbanan jiwa dan hartanya. Mereka layak menjadi orang beriman sejati yang beriman kepada ruh yang Masih Mau’ud tanamkan kepada kita. Sesuai dengan ajaran Rosulullah saw di dalam mendidik para sahabatnya. Setiap pengikut nabi Allah dari dahulu selalu menunjukkan keberanian keimanannya saat Firaun- seperti halnya orang-orang- yang membuat para pengikut nabi memilih antara melepaskan keyakinan mereka atau kehilangan nyawa mereka. Pada jaman Nabi Musa as, orang-orang beriman ini mengetahui bahwa beliau bukanlah tukang sihir dunia melainkan perwujudan yang mendapat dukungan dari langit. Dan mereka sadar bahwa pesan yang dibawa olehnya berasal dari Tuhan maka mereka mengimaninya. Firaun meremehkan ini dan berjanji menghukum mereka tetapi mereka berkata, “Kami tidak akan memilih kamu untuk mewujudkan tanda-tanda-Nya yang telah turun kepada kami, kami lebih memilih kamu untuk beriman kepada-Nya yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah apa yang kamu akan putuskan. Kamu hanya dapat memutuskan pada saat kami hidup di dunia (20; 73). Sementara itu kami (para ahmadi) adalah pengikut nabi yang paling mulia dari para nabi lainnya yang kepadanya syariat sempurna diturunkan dan dengan mengamalkannya kami akan meraih tingkat keimanan tinggi, selanjutnya kebenaran dan ketaatan yang tulus kepadanya akan tetap mengembalikan kami kepada doa dan memperteguh keimanan kami. Haruskah kami membuang keimanan kami karena takut kepada para pengikut Firaun? Hai musuh-musuh Ahmadiyah, dimanapaun kalian di bumi ini berada, jika kalian ingin menganiaya kami silahkan! Tapi kalian tidak dapat menggoyahkan keimanan kami. Inilah respon orang-orang ahmadi Indonesia pada insiden ini.
Jamaat yang terdiri dari 30 orang dari 7 keluarga diserang. Mereka menerima ancaman namun mereka menolak menuruti para musuh yang menginginkan mereka meninggalkan jamaat. Mullah setempat meminta mereka mengusir mualim mereka (guru mengaji ahmadi) meskipun mualim itu adalah penduduk asli daerah itu. Kemudian tiba 20 khudam dari jamaat tetangga bertugas untuk menjaga keamanan rumah missi. Karena situasi akhir-akhir ini (di Indonesia) para musuh dibeking oleh polisi. Karena meningkatnya permusuhan di Indonesia kita dipaksa meninggalkan rumah-rumah misi dan para aparat malah mengunci rumah-rumah itu atau jika mereka mengambill alih rumah misi pihak berwenang tidak menghalanginya. Jadi kami memutuskan tidak meninggalkan rumah missi kami. Di sinilah para penyerang memasuki rumah missi dengan bersenjatakan golok, pedang dan bambu sementara polisi hanya menonton.
Sebagaimana yang kita dengar, mereka membunuh 3 orang ahmadi dan melukai 5 ahmadi lainnya. Serangan itu adalah serangan paling brutal dan mengingatkan kembali pada tindakan biadab para penyembah berhala di jaman kegelapan dahulu. Sebelum melakukan penyerangan mereka mengatasnamakan wujud saw yang paling kasih sayang di dunia. Di mana beliau turun ke dunia ini untuk menyebarkan kasih sayang dan yang membuat perjanjian pada masa peperangan bahwa tak boleh ada satupun jasad yang dimutilasi. Namun di sini (Indonesia) jasad para syuhada ini dirusak dengan biadab sehingga tubuh mereka tidak dapat dikenali dengan baik. Orang-orang ini membunuh melebihi cara para penyembah berhala di dalam merusak jasad. Kami semua berduka dan begitu terpukul dengan pensyahidan ini dan tindakan tidak hormat mereka terhadap orang-orang yang kami cintai, namun yan lebih kejam lagi karena mereka melakukan penyerangan dengan mengatasnamakan junjungan Besar kami saw yang merupakan wujud paling pemurah kepada manusia.
Kebiadaban yang luar biasa ini diliput media-media nasional. Mereka menahan tidak menayangkan video rekaman penyerangan yang katanya mereka tidak layak untuk memperlihatkannya. Stasiun televisi Al-Jazeera yang biasanya memberikan berita-berita terkini namun mereka membuat pengecualian untuk insiden ini dengan mengatakan bahwa gambaran video ini sangat biadab dan mengerikan. Karena sesungguhnya video ini memperlihatlkan saat polisi hanya menonton mulai dari gerombolan ini menyerang dan memulai pembunuhan. Mereka menelanjangi tiga ahmadi ini dan memukuli mereka dengan bambu. Pemandangan yang tak kuasa untuk dilihat.
HAM ASEAN mengatakan bahwa para cendekiawan agama membenarkan serangan ini. Tindakan dungu ini sebanding dengan tindakan mereka yang hidup ribuan tahun yang lalu yang juga mengatasnamakan Islam. Para ahli ekonomi menyebutkan tindakan sadis ini tidak hanya terjadi antara muslim dengan Kristen tapi juga dilakukan atas muslim lainnya. Dianjurkan bahwa video penyerangan ini boleh dilihat hanya bagi mereka yang berani menontonnya; sebuah gambaran kebiadaban yang luar biasa berbeda.
Para ahmadi yang menonton tayangan video ini menuliskan sama-sama perasaan sedih kepada Hudhur, mereka mengatakan tidak bisanggup menonton lebih dari satu menit ataupun lebih dari itu. Seorang wanita menuliskan kepada Hudhur bahwa dia melihat video ini berahasia dari anak-anaknya kemudian terisak-isak dan anak-anaknya menjadi khawatir mengapa dia menangis. Seorang Ahmadi Algeria menulis kepada Hudhur setelah dia melihat tayangan ini dia tidak bisa menahan tangisnya, gambar-gambar yang begitu mengerikan. Bahkan mereka mereka melarang anak-anak mereka karena mereka dapat melihat tepuk tangan orang-orang ini di dalam video.
Surat-surat kabar seperti New York Times dan The Financial Time menurunkan berita ini. Seorang dosen sebuah universitas Islam menulis di Jakarta Times bahwa insiden ini menunjukkan tidak adanya perasaan bagi minoritas di dalam masyarakat. Dia berkata bahwa para ahmadi telah berpartisipasi bahu membahu di dalam membangun bangsa Indonesia. Indonesia diperkenalkan kepada pemikiran abad ke-20 oleh para cendekiawan ahmadi dan terjemahan Quran yang Sukarno pelajari adalah terjemahan ahmadiyah. Dia berkata bahwa negara berterimakasih kepada komunitas ini. Hudhur bersabda setidaknya orang-orang terpelajar ini dan media Indonesia telah berani berbicara melawan penganiyaan. Ini memberikan harapan lebih baik. Jika saja para terpelajar dan media Pakistan akan melakukan tindakan seperti ini.
Hudhur menjelaskan bahwa permusuhan terhadap Jamaat bukanlah hal baru di Indonesia. Jamaat kita telah dianiaya di beberapa negara muslim begitulah Jemaat Illahi selalu dianiaya. Di Indonesia, para mullah mengarahkan orang-orang untuk melakukan permusuhan kepada Jamaat. Mereka takut jika orang-orang ini menerima kebenaran maka kewibawaannya akan hilang dan kekurangan pengetahuannya akan diketahui.
Perkenalan Ahmadiyah di Indoneisa terjadi dengan cara yang menakjubkan. Bangsa ini mendapat kehormatan saat empat orang mereka berangkat ke Qadian secara pribadi untuk menerima Ahmadiyah sementara itu seorang mubaligh Ahmadiyah akan pergi ke Indonesia dengan membawa pesan. Pada tahun 1923, empat orang Indonesia datang ke India untuk mendapatkan pendidikan agama dan menemukan jalan mereka ke Qadian. Mereka ini adalah: Maulwi Abu Bakar Ayub, Maulwi Ahmad Nu-rud-din, Maulwi Zaini Dalhan dan Haji mahmud. Atas permintaan, Hadhrat Khlaifatul Masih II ra mengurusi pendidikan agama mereka dan selama itu kebenaran Ahmadiyah membuka hati mereka dan mereka menerimanya. Mereka menyebarkan cahaya pesan ini ke negara mereka melalui surat-surat. Saat Hadhrat Khlaifatul Masih II ra kembali dari kunjungan beliau ke Eropa pada tahun 1924, para pelajar ini memohon bahwa beliau juga memberikan perhatian ke pulau-pulau di Asia tenggara, baik dengan kunjungan pribadi Hadhrat Khlaifatul Masih II ra atau dengan mengirimkan perwakilan beliau. Pada tahun 1925, Hadhrat Maulwi Rahmat Ali tiba di Sumatra, sebuah budaya yang asing. Walaupun begitu, berhasil upayanya mengatasi semua rintangan. Beliau belajar bahasa dan mulai bertabligh dan segera mengadakan diskusi dan debat dengan ulama. Beliau mendirikan Jamaat pertama dalam waktu beberapa bulan saat 8 orang mengambil baiat. Setelah itu ulama memberikan fatwa melarang membaca literatur dan mendengarkan ceramah dari orang ahmadi. Saat Jamaat semakin meningkat jumlahnya, boikot berlanjut dan pers juga mulai menulis menentang Jamaat. Pada suatu waktu , sekumpulan 3000 orang berkumpul di depan rumah Maulwi Sahib dan meneriakan slogan- slogan penghinaan. Selanjutnya Haji Mahmood tiba di Indonesia. Meskipun para ulama berusaha supaya beliau melepaskan keyakinannya tak lama setelah itu beliau sembuh dari sakitnya. Para ulama berusaha mengusir Maulwi Rahmat Ali namun pemerintah kala itu menolak terlibat di dalam urusan agama. Pada bulan Desember 1927, mubaligh kita unggul di dalam debat terbuka sementara musuh-musuh dibuat gagal. Hal ini mempermudah jalan pertablighan selanjutnya. Dan cabang Jamaat ketigapun di Indonesia terbentuk. Pada tahun 1930, Muhammad Sadiq juga dikirim ke Indonesia. Tak lama setelah Ahmadiyah menjadi terkenal, perlawanan terhadapnya juga meningkat. Pada 3 hari pertama Jamaat menghadapi ujian sulit. Mereka dilarang mendirikan shalat dan dipaksa tidak menyebut nama Allah, menyebut Masih Mau’ud as sebagai pembohong atau mengalami pengusiran dari tempat tinggalnya. Maulwi Abu Bakar Ayyub dari Qadian mendapati rintangan-rintangan dialami beliau selama tabligh. Beliau tampil di depan Kepala distrik (kabupaten) yang mencecarnya dengan banyak pertanyaan dan beliau bisa menjawab dengan memuaskan. Hal ini membuat pengaruh yang sangat positif hingga kepala ini melepaskan Maulwi Sahib dengan takzim.
Selama masa perjuangan kemerdekaaan Indonesia, Hadhrat kHalifatul Masih II ra dengan tulus memerintahkan umat Islam di seluruh dunia mendukung umat muslim di Indonesia di dalam perjuangan kemerdekaannya dan semua misi Ahmadiyah di seluruh dunia diminta dukungannya untuk pergerakan ini. Setelah Sukarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia sesuai sengan pernyataan Hadhrat kHalifatul Masih II ra, para mubaligh ahmadi dan para ahmadi lainnya berperan sungguh-sungguh di dalam perjuangan ini. Syed Shah Muhammad berjumpa dengan Sukarno dan mengungkapkan keinginannya untuk mengambil bagian di dalam pergerakkan kemerdekaan ini. Beliau mendapat tugas membacakan berita berbahasa urdu di radio. Abdul Wahid dan Malik Azis juga turut membacakan berita di dalam bahasa urdu ini. Begitulah semangat Syed Shah sehingga salah satu menteri di (awal kemerdekaan) menyatakan dia menerima Sye Shah sebagai anak bangsa. Pengabdian-pengabdiannya dikenal dan beliau dianugerahi penghargaan tinggi resmi dari negara. Begitu pula terhadap pengabdian-pengabdian ini para ahmadi juga memberikan kehidupan mereka di dalam perjuangan kemerdekaan di Indonesia.
Namun para ulama dan penentang terus saja melakukan penganiayaan. Hudhur menyebutkan beberapa syuhada ahmadi di masa Indonesia dulu. Pada tahun 1947, 6 orang ahmadi disyahidkan. Mereka adalah: Jaidad, Suta, Sahril, Haji Hasan, Raden Salih dan Dahlan. Mereka disyahidkan di sebuah kampung di Jawa (Singaparna dan Tolenjeng). Mereka ini diserang oleh kelompok Wahhabi dengan bambu dan batu di depan keluarga mereka. Kelompok ini memaksa mereka (para syuhada) untuk melepaskan Ahmadiyah, tetapi mereka semua tetap bertahan teguh. Pada tahun 1949, ada pensyahidan berikutnya. Mereka adalah Sani, Omo, Dayan, Sharumi, Soma, Humlee, Sulman, Mosoon dan dua orang wanita: Idote dan Ohnay. Mereka disyahidkan di kampungnya di Jawa Barat. Mereka juga diserang oleh kelompok Wahhabi dengan bambu dan batu-batu dan mereka digusur ke luar kampung dan disyahidkan dengan cara yang sangat biadab. Mereka juga dipaksa untuk meninggalkan ahmadiyah namun mereka tetap bertahan.
Tahun 2001 adalah era dimulainya permusuhan yang sangat kuat terhadap para ahmadi. Pak Hasan, berusia 55 tahun, disyahidkan pada bulan Juni saat beliau dengan berani menghadapi 100 orang penyerang yang berdatangan untuk menghancurkan mesjid kita. Beliau menderita luka-luka serius dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Pada tahun 2002, aparat pemerintah juga bergabung dengan orang-orang ini. Dua mesjid diserang dan rumah-rumah juga dirusak. Pada bulan Juli 2005 mesjid markas diserang dan dirusak sementara polisi hanya menyaksikan. Kemudian pemerintah menyegel mesjid tersebut. Pada bulan September 2005, para pembuat onar ini menyerang 5 jemaat dan merusak mesjid-mesjid di sana dan bahkan merampasnya. Sekitar 86 rumah dirusak dan beberapa lainnya dibakar. Pada bulan Oktober 2005, para musuh menyerang 3 rumah ahmadi dan membuat kerusakkan. Pada Bulan Pebruari 2006, 23 rumah dirusak juga 6 rumah dibakar serta toko-toko milik para ahmadi dirusak dan ternak mereka dicuri. Lebih dari 100 ahmadi kehilangan tempat tinggal dan mereka harus meninggalkan daerah tempat tinggal mereka. Pada tahun 2007 satu dari mesjid kita diruntuhkan dan sebanyak 26 ahmadi harus mengungsi ke daerah lain. Pada bulan September 2007, satu lagi dari mesjid kita di serang sebanyak 3 kali dan dirusak. Pada bulan Desember di tahun yang sama, 2 mesjid berikutnya diserang dan dirusak. Polisi menyegel 9 dari mesjid-mesjid kita. Meskipun dalam situasi ini orang-orang ahmadi Indonesia tetap teguh dan bersabar di dalam keyakinannya. Pensyahidan akhir-akhir ini merupakan kelanjutan dari penganiayaan ini namun saat ini media-media massa baik lokal maupun internasional meliput kejadian ini. Hudhur memberikan penjabaran tentang 3 syuhada ini.
1. Tubagus Chandara Mubarak Syahid: Beliau berusia 34 tahun, seorang ahmadi keturunan. Beliau meninggalkan seorang janda yang sedang mengandung 5 bulan. Beliau berkehendak menjadikan calon bayinya menjadi anak waqf-e-nau yang Insya Allah akan diproses. Beliau adalah seorang ahmadi yang tulus di antara semua keluarganya. Beliau rajin mendirikan shalat berjamaah di mesjid. Sehari sebelum pensyahidannya, isterinya memintanya untuk tidak pergi untuk tugas jemaat ke Cikeusik dengan menyebutkan kehamilannya sebagai alasan tetapi beliau memilih pergi. Tugasnya adalah mengantar khudam ke Cikeusik. Pada saat serangan itu beliau berada di dalam rumah misi dan berada di depan. Para penyerang menyerang dengan brutal bersenjatakan golok, kemudian mereka menggantung beliau dan melanjutkan menyerangnya bertubi-tubi. Setelah itu mereka menurunkannya dan memukulnya dengan bambu dan menyayat jasad beliau. Adik laki-lakinya mengenalinya karena memiliki tanda.
2. Ahmad Warsono Syahid: Beliau berusia 38 tahun dan meninggalkan seorang janda dan empat anak. Beliau diperkenalkan kepada Ahmadiyah pada tahun 2000 pada saat kunjungan Hadhrat Khalifatul Masih IV ra. Beliau mempelajari literatur ahmadiyah dan mengambil baiat pada tahun 2002. Sebelum menjadi Ahmadi beliau tidak memperlakukan orangtuanya dengan baik namun setelah menjadi Ahmadi beliau berubah secara rohani menjadi sangat sopan dan orang tuanya sangat gembira dengan hal ini. Pernah beliau mengalami keadaan mendesak membutuhkan uang untuk membayar sewa rumah dan kebutuhan-kebutuhan pengeluaran lainnya. Beliau berdoa dengan sungguh-sungguh. Seseorang kemudian datang dan memintanya melakukan suatu pekerjaan dan beliau akhirnya bisa memenuhi semua pengeluarannya dengan gaji yang beliau peroleh. Pada saat serangan itu terjadi beliau juga berada di dalam rumah misi. Beliau secara kejam diserang dengan golok, pedang dan bambu. Tubuhnya dibawa keluar dimana di sana penyiksaan itu berlanjut sementara polisi hanya melihat. Jasadnya tidak dapat dikenali dengan baik.
3. Roni Persani Syahid: Beliau berusia 35 tahun dan berbaiat di tahun 2008. Beliau meninggalkan seorang janda dan dua putri. Sebelum berbaiat beliau pernah membunuh, merampok dan berjudi. Beliau diperkenalkan kepada Ahmadiyah oleh salah satu dari para syuhada. Beliau melihat di dalam mimpi tentang seorang suci yang mengenakkan turban di kepalanya. Saat beliau melihat sebuah photo Masih Mau’ud as, beliau mengenal wajah tersebut sebagai seseorang yang pernah beliau lihat di dalam mimpinya. Beliau membaca literatur Ahmadiyah dan berbaiat pada tahun 2008 yang merubah kehidupannya. Istrinya terheran-heran dengan perubahan rohani beliau. Tuhan tidak hanya menganugerahinya untuk meninggalkan masa lalunya tapi juga menerima Ahmadiyah dan kemudian maju meraih status syahid. Beliau melaksanakan shalat dengan teratur dan juga mendirikan tahajud. Beliau secara rutin membayar candah dan sangat gemar bertabligh. Tablighnya menghasilkan banyak yang baiat. Beliau selalu menyatakan keinginannya untuk mati sebagai syuhada. Beliau dianiaya dengan golok, Pedang dan bambu. Tubuhnya di bawa keluar disiksa dan di sayat-sayat.
Mereka inilah orang-orang yang telah mendapat kabar suka surga dari Tuhan. Mereka adalah para bintang bersinar Ahmadiyah, semoga Allah meninggikan derajat mereka dan menganugerahi keteguhan kepada keluarga mereka dan semoga Allah menjadi pelindung dan penolong mereka. Semoga Dia menguatkan keyakinan setiap anggota Jemaat Indonesia.
Berkenaan dengan salah satu mimpi Hadhrat Masih Mau’ud as disebutkan ada orang-orang dari tempat-tempat jauh yang akan mengikuti jejak Sahibzada Abdul Latif Syahid. Hudhur bersabda para syuhada ini adalah juga diantara mereka yang disebut sebagai orang-orang dari tempat-tempat jauh, yang banyak dari antara mereka bahkan tidak pernah melihat khalifah Ahmadiyah namun ketulusannya sangat mengagumkan. Di dalam mimpi Masih Mau’ud as itu diceritakan di dalam kebun beliau ada sebuah cabang tinggi dari pohon cemara dipotong dan beliau meminta itu ditanam lagi di dalam tanah sekali lagi sehingga bisa tumbuh dan berbunga. Hudhur atba menjelaskan bahwa Masih Mau’ud mentafsirkan ini karena Tuhan memberikan kita banyak pengikut Sahibzada Lateef Syahid. Para Syuhada di Indonesia ini telah menunjukkan contoh dan menunjukkan pula bahwa mereka yang tinggal ribuan mil jauhnya dari Qadian telah membuktikan kebenaran dari Masih Mau’ud as. Kami yang ditinggalkan harus bisa membuktikan pernyataan keimanan kami setiap saat.
Sepeninggal masing-masing syuhada ini kita harus berjanji bukan hanya tidak akan biarkan keyakinan kita tergadaikan hanya karena penganiayaan namun juga kita akan semakin menyalakan itu dan tidak akan mengambil tindakan apapun yang mencoreng ajaran dan kesabaran kita yang juga bisa mencoreng kesetiaan kita kepada negara kita. Seperti disebutkan sebelumnya Jemaat Indonesia memainkan peranan utama di dalam pendirian negara. Setiap ahmadi adalah orang yang setia, apapun negaranya atau dimanapun dia tinggal baik laki-laki atau perempuan. Kesetiaan ini menghendaki bahwa kita berdoa semoga Allah melepaskan negara-negara kami dari para pengacau dan semoga Dia tidak pernah memberikan atas kami para pemimpin yang tidak mengenal kasih sayang. Kami mengusahakan secara hukum dunia namun kami tidak pernah mengambil hukum dengan tangan kami, kami hanya kembali kepada Tuhan. Ketergantungan kami tidak lebih daripada hanya kembali kepada Tuhan daripada kepada solusi hukum. Ketergantungan kami adalah pada Kasih sayang-Nya. Dan sekarang seperti sebelumnya juga kami akan menyerahkan kembali kepada-Nya. Hudhur atba menasehati untuk selau berdoa: “ Oh Tuhan Kami anugerahilah keteguhan atas kami dan teguhkanlah jalan kami dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.” (2: 251). Semoga tak ada satupun dari kami yang goyah di dalam kesabarannya.
Masih Mauu’d as bersabda saat itu telah dekat yaitu orang-orang yang aniaya ini tidak akan dilihat lagi. Beliau bersabda jika Tuhan menghendaki orang-orang ini tidak akan menimbulkan keaniayaan dan mereka yang menganiaya tidak akan dilahirkan namun Tuhan berkehendak untuk menguji kesabaran lewat mereka.
Hudhur atba berdoa semoga setiap ahmadi seterusnya tetap teguh dengan doa dan kesabaran supaya meraih tujuan kita. Semoga Tuhan mengaruniai kita keteguhan dan semoga Dia menghancurkan para pembuat kerusuhan dan semoga kita menyaksikan terpenuhinya janji-janji Masih Mau’ud as. Para pencela ini tidak memiliki permusuhan pribadi terhadap kita. Itu dikarenakan permusuhan mereka terhadap Masih Mau’ud as sehingga ini terjadi. Semoga Tuhan memberikan para musuh ini tanda peringatan dan diantara mereka yang tidak mau memperbaiki diri semoga dihukum Tuhan. Hudhur bersabda doa-doa harus dipanjatkan bagi para korban luka Cikeusik. Dua diantara mereka telah meninggalkan rumah sakit namun tiga lainnya masih dirawat. Masih menyebutkan para Ahmadi Indonesia Hudhur bersabda, Doa-doa semua Ahmadi berserta kalian. Hudhur menerima surat-surat pernyataan duka dan kekhawatiran mereka tentang Ahmadi Indonesia. Gambar-gambar penganiayaan yang sangat biadab telah melukai setiap ahmadi. Semoga Tuhan melindungi setiap ahmadi dengan perlindungan-Nya dan menjaga mereka dari setiap kejahatan berikutnya dan semoga rencana para musuh dijauhkan dari mereka.
Hudhur bersabda beliau akan melakukan shalat jenazah ghaib atas tiga syuhada ini. Juga beliau akan melakukan sembahyang ghaib untuk seorang muda ahmadi yang kehilangan nyawanya pada serangan bom bunuh diri di Mardan, Pakistan di resimen Punjab. Beliau sedang mendapatkan pelatihan di sana. Beliau adalah keponakan dari dua waqfeen- e zindegi kita. (Penerjemah Qurrotul Ain binti T Hidayatullah)
http://denagis.wordpress.com/2011/02/21/khutbah-jumah-khalifah-tentang-tragedi-cikeusik/#more-1870
No comments:
Post a Comment